Perspektif, Limaloka.com — Manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, ada bangsa Eropa, bangsa Asia, bangsa Afrika dan bangsa Arab. Setiap bangsa mempunyai beberapa suku, misalnya Indonesia memiliki suku Madura, Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Masing-masing bangsa dan suku mempunyai bahasa sendiri dan mempunyai tradisi sendiri, bangsa Arab memiliki bahasa sendiri dan memiliki tradisi sendiri, Asia memiliki bahasa sendiri dan tradisi sendiri.
Manusia terdiri dari berbangsa-bangsa dan suku mempunyai hikmah yang sangat tinggi dan sangat mendalam.
Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Meneteliti.” (QS. Al Hujurat: 49).
Yang menjadi pertanyaan apa hikmah di balik manusia terdiri dari bermacam suku dan bangsa?
Jawabannya, Allah menciptakan manusia terdiri dari bermacam bangsa dan bermacam-macam suku memiliki hikmah yang sangat besar, yaitu sebagai berikut;
Pertama, ta’aruf. Allah menciptakan manusia terdiri dari bangsa-bangsa dan suku-suku, agar satu sama lain saling mengenal, mengenai namanya, mengenal tradisinya, mengenal agamanya, mengenal menu makanannya dan mengenal struktur alamnya. Dengan saling mengenal akan saling mencintai satu sama lain, saling membantu satu sama lain dalam kebaikan dan bekerjasama dalam mengembangkan peradaban manusia yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Kedua, melihat keagungan Allah. Manusia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, agar manusia saling mengenal satu sama lain, dengan saling mengenal akan mengetahui tentang warna kulit manusia yang berbeda-beda dan mengetahui bermacam-macam tradisi yang berbeda-beda, maka dengan demikian manusia tahu dan sadar, bahwa Allah maha kuasa menciptakan manusia, di mana struktur tubuh manusia sama, tapi berbeda warnanya, berbeda karakternya, berbeda tradisinya, bahkan juga berbeda wajahnya, yang dengan perbedaan wajah dapat dibedakan satu sama lainnya.
Ketiga, takwa. Orang-orang yang beriman sadar bahwa Allah itulah yang menciptakan manusia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, ada yang hitam, ada yang putih, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang pintar, ada yang awam. Manusia hakikatnya sama di hadapan Allah, yang membedakan satu sama lain adalah ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena manusia tidak menciptakan diri nya sendiri agar menjadi putih atau hitam dan juga tidak memesan kepada Allah agar dirinya menjadi orang yang cantik dan putih. Yang ketepatan cantik dan putih murni semata-mata mata kehendak Allah. Maka karena itu orang yang bertaqwa sadar terhadap kekuasaan Allah dan keagungan Allah serta sadar bahwa tidak ada yang mulia dalam pandangan Allah kecuali bertakwa kepada Allah, maka dia berusaha dengan sungguh-sungguh agar menjadi orang yang bertakwa, yaitu melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segalanya semata-mata mengharapkan ridho Allah dan takut terhadap azab dan murkaNya.
Keempat, perkembangan ilmu pengetahuan. Manusia berbeda-beda suku dan bangsanya melahirkan perbedaan karakternya, bahasanya, tradisinya dan agamanya, hal ini mendorong manusia untuk mempelajari karakter manusia, melahirkan ilmu psikologi, terdorong mempelajari sejarah hidupnya melahirkan ilmu antropologi, terdorong pelajari bahasanya, melahirkan ilmu bahasa.
Manusia hendaknya bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala di mana Allah menciptakan manusia terdiri dari berbangsa bangsa dan bersuku-suku, agar manusia mengenal satu sama lain dan mengetahui serta menyadari keagungan Allah. Perbedaan kulit dan bahasa tidak mempengaruhi derajatnya di hadapan Allah, yang membedakan derajatnya manusia di sisi Allah adalah ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, makin tinggi ketakwaan seorang makin tinggi pula derajatnya di sisi Allah. Maka orang yang beriman berusaha mentaati Allah dengan sempurna dan menjauhi larangannya dengan sempurna pula semata-mata karena cinta kepada Allah dan mengharap ridho Allah.
Wallahualam a’lam bish shawab